Dudi Sakit (Cerita Anak)

 

Sumber gambar: kartuncilik.com


(CERITA MINI BERANTAI)


Dudi hari ini tidak bangun dari tidurnya, dia merasakan demam yang sangat badannya panas dingin hidungnya mampet.



"Mama, tolong Dudi!" Suara Dudi terdengar parau. 

"Ada apa, Nak?" Mama Dudi segera menghampiri Dudi. 

"Dudi payah bernapas, Ma!" Napas Dudi terlihat agak tersengal-sengal. 



Hatsyi! Dudi mulai bersin-bersin. Kepalanya pening dan badannya demam.

“Wah, kamu sakit ya?” tanya Mama.

“Aku baik-baik saja, Ma.” Dudi mengelak. Ia tak mau disuruh minum ramuan pahit kalau mengaku sakit.

“Kamu pasti habis main di taman bunga Dandelion. Padahal sudah tahu kalau alergi serbuk bunga. Hindari bermain di taman saat cuaca berangin. Dasar bandel!” kata Mama.



Dudi semakin merapatkan selimutnya.

"Maafkan Dudi, Ma," sungut Dudi sedih, tak terasa dia selalu mengabaikan nasehat mamanya selama ini. 

"Bagaimana ulanganku besok ma?" Dudi jadi kepikiran ulangannya besok



Mama sebenarnya sedih jika melihat Dudi sakit. Mama memegang keningnya. Mama segera mengambil obat dan air minum.


"Minum obat penurun panas dulu, Dudi!" kata Mama sambil mengangsurkan sebutir kapsul.

"Tapi, Ma?" Dudi ragu meminum obatnya.

"Ayo dicoba dulu?" bujuk Mama.

"Ini bukannya obat diare kok warnanya hijau?" tanya Dudi.

"Oh, iya. Mama salah ambil obat!" Mama kembali mengambil obat penurun panas di kotak obat.



"Tunggu ya, Nak, mama ambil obatnya dulu."

Mama cukup panik sehingga salah mengambil obat

"Ini obatnya, Nak, ayo segera diminum," ucap mama.



Dudi mengambil obat yang diberikan mama dan langsung meminumnya. Kali ini dia yakin, mama tidak salah ambil obat. Dudi ingat besok ulangan matematika, pelajaran favoritnya. Dia berharap besok sudah sembuh sehingga bisa mengikuti ulangan.



Namun ketika Dudi terlelap tidur sebentar. Tiba-tiba Dudi terbangun langsung duduk di kursi belajar dan membuka buku pelajaran bahasa Sunda. Karena besok ada tes menyanyi lagu Sunda.


Dudi membolak-balikkan buku bahasa Sundanya. Namun karena sakitnya belum sembuh total,  dan obat yang diberikan Mama tadi mulai bereaksi dan membuatnya kantuk.  Dudi menutup buku pelajarannya dan kembali tidur. 


Esoknya, Dudi merasa badannya segar, dia kembali ceria dan bersemangat untuk pergi ke sekolah.

"Ma, Dudi sudah sembuh," teriaknya.



"Alhamdulillah kalo gitu, sekarang sarapan dulu ya, Nak. Jangan lupa baca doa sebelum ulangan nanti. Mama berharap nilai kamu bagus seperti biasanya lho, kalo tidak ...." ucap mama sambil melirik ke arah Dudi yang terlihat tegang.

"Kalo tidak kenapa Ma?" 

"Jangan harap kamu Mama izinkan main game di sore hari nanti," ancam mama dengan tatapan tajam. Dudi merasa khawatir, ia menjadi gelisah karena kata-kata mama.



"Maa ... tolong please ... Jangan ngarepin nilaiku bagus, yang penting jelek tapi hasil sendiri. Oia Ma,  kalau Dodi sudah pulih segar  kembali, mau memberikan sesuatu akh. Mau tahu tidak, Ma?"



"Kalau sesuatu itu hasil tidak selalu baik, minta saja sama Allah yang terbaik untuk setiap kegiatan atau aktivitas kita. Hasilnya kita serahkan saja sama Allah."


"Kemudian aku meminta izin untuk salat dhuha dulu, karena dulu teringat pesan ibu agama kalau kita mau sesuatu itu perlu melakukan salat dulu, minta keberkahan."

" Hmmm, iya Maa Syaa Allah betul juga, Nak.l," kata mama.



Akhirnya dodi segera mengambil air wudhu untuk melaksanakan salat dhuha.

Setelah mengerjakan salat dodi merasa lebih tenang dan mencoba untuk membuka buku pelajaran secara perlahan. 



"Alhamdulillah. Hari ini aku sudah bisa menyelesaikan ulangan dengan baik," ucap Dudi dengan lega.


"Aku bersyukur telah belajar banyak hal. Aku tidak boleh lagi, membantah apa yang Mama pesankan. Hari ini aku juga telah belajar untuk tidak lupa selalu berdoa dan meminta pertolongan hanya kepada Allah. Hmmmm. Semoga malam ini, aku tidak melewatkan lagi, tidur dengan ditemani cahaya rembulan dan ribuan bintang-bintang."


Aku bahagia sekali.



Penulis:

Indaryati - Tri Astuti - Septiarida - Hartati - Neneng - Hasmawati - Puji - Sri - Rein - Weni - Maryana - D.Nurjanah - Muhammad Arif Abdullah - Hastri Lia - Siti Nurun


(Siswa-siswi Sekolah Menulis Buku Cerita Anak)


Posting Komentar

2 Komentar

  1. Ternyata asyik cerita anak dibuat bersambung.👍

    BalasHapus
  2. Seru kak.. jadi benar-benar menyenangkan tulisannya untuk dibaca. MasyaAllah. Terima kasih kak Mahes dan teman-teman penulis lainnya..🤗

    BalasHapus