Menulis! Ini adalah kebiasaan yang sudah terjadi dan menjalar pada umat manusia akhir zaman. Media sosial yang mewabah menuntut setiap orang membuat status, memikirkan kata indah untuk di caption, dan mencari foto-foto terbaik dengan caption terbaik agar disukai dan dikomentari positif oleh banyak orang.
Ada dari mereka yang menulis menggunakan status di media sosial, di koran, di website, juga di buku. Namun hanya sedikit yang ingin mengembangkan kemampuan menulisnya agar punya kualitas sebagai seorang penulis. Ada dari mereka yang ingin mengembangkan kemampuan menulisnya, namun bingung bagaimana cara memulainya.
Inilah yang akan kita bahas! Bagi kamu yang memang ingin mengembangkan kemampuan menulis dan kebingungan bagaimana caranya menulis sebuah buku. Artikel ini dibuat berdasarkan pengalaman saya selama kurang lebih dua tahun berkecimpung dalam dunia literasi. Artikel ini akan menuntunmu untuk membuat sebuah buku dengan alur yang sederhana dan mudah dipahami. Silahkan disimak!
Kenapa saya beri poin nol? Karena inilah tahap dasar sebelum memulai membuat sebuah buku. Memangnya apa lagi? Kamu harus punya niat yang lurus dan kuat agar bisa menciptakan sebuah kekonsistenan dalam menulis. Banyak penulis yang kurang komitmen dan tertunda bertahun-tahun tulisannya karena kurangnya niat untuk menulis. Sehingga, kamu yang saat ini masih mula-mula cobalah meluruskan dan menguatkan niat menulisnya. Agar tercipta yang namanya komitmen dan diakhir menghasilkan sebuah maha karya yang dahsyat, yaitu bukumu sendiri.
Kenapa harus tujuan? Karena memang inilah poin utama untuk kembali ketika kamu merasa jenuh, malas, dan tidak semangat untuk melanjutkan tulisan. Kamu harus punya tujuan besar dan kuat. Agar ketika kamu jenuh, lelah, dan terjatuh ada alasan untuk kamu kembali bangkit dan keluar dari zona nyaman. Inilah yang namanya tujuan. CARI SEKARANG TUJUANMU! Jangan menulis tanpa niat dan tujuan. Inilah contoh mereka yang akan sulit maju dimasa depan.
Saya sendiri, tujuan terbesar saya menulis ada dua, yaitu dakwah dan siswa. Dakwah, saya merasa perlu berdakwah didunia literasi. Saya ingin melebarkan sayap kebaikan lebih luas lagi. Itulah kenapa saya kepo dengan dunia menulis, penerbit, dan sebagainya. Agar dakwah islam bisa tersebar lebih luas dan semakin banyak umat islam yang merasakan nikmatnya keindahan islam.
Kemudian siswa, mereka adalah harapan dan penentu generasi ke depan. Merekalah yang akan menentukan bagaimana masa depan Indonesia. Terlebih saya adalah seorang pendidik. Saya ingin menjadi seorang pendidik yang bukan hanya berkata, tapi saya ingin memberikan langkah nyata dalam berkarya. Buku saya yang tercipta adalah contoh real karya nyata yang dihasilkan dari kerja keras dengan asa.
Saya pun takjub, ketika terjun dan menghasilkan karya berupa buku, banyak siswa saya yang termotivasi untuk belajar. Bahkan tak sedikit dari mereka yang ingin pula terjun dalam dunia menulis dan bukunya terpampang di toko buku.
Itulah kenapa, segala buku yang saya buat selalu berisi tulisan yang ringan namun aplikatif, dengan tujuan memberikan solusi dan kesadaran kepada pelajar dan mahasiswa se-Indonesia.
1. TEMA
Sumber gambar: www.isfcugito.org
Ini adalah gagasan dasar sebelum menulis buku. Pertama, tentukan genrenya! Kamu ingin menulis buku genre apa? fiksi, non fiksi, atau gabungan keduanya? Kedua, tentukan temanya! Judul bisa belakangan! Hal yang terpenting adalah kamu tahu tema apa yang ingin diangkat.
Pastikan tema yang kamu ambil adalah tema yang memang menarik perhatian banyak orang. Kenapa harus memikirkan jumlah pembaca? Karena dari sanalah terlihat buku kita akan punya peluang sebesar apa untuk laku dipasaran.
Misalkan, kamu ingin membuat buku tentang otomotif. Tema seperti ini sudah bisa dipastikan yang membelinya adalah relatif yang suka otomotif, selain itu tidak akan tertarik. Carilah sebuah tema yang memang masih terdengar umum dan menarik masyarakat luas. Misalkan, tentang kesehatan, youtube, motivasi, dan sebagainya. INGAT! Tema juga menentukan seberapa laku buku kamu dipasaran nantinya ketika sudah terbit.
2. PREMIS
Sumber gambar: www.proyeksofteware.com
Premis adalah sebuah ide dasar. Fungsinya adalah agar tulisan yang kamu buat tidak melenceng kemana-mana, tetap sesuai jalur, tepat sasaran, menggambarkan cerita atau isi buku secara keseluruhan, dan menuntun penulis agar bisa mencapai tujuan dari menulis buku tersebut ketika sudah selesai menuliskannya. Premis tidak perlu puitis atau dengan bahasa yang penuh kata mutiara. Cukup sampaikan dengan satu atau dua kalimat saja.
Contoh: (non fiksi)
Tema: Akhlak
Premis: Mengungkap berbagai permasalahan remaja yang sering terjadi di abad 21
Contoh: (fiksi)
Tema: Perjuangan
Premis: Perjalanan seorang anak bernama Qashmal yang ingin mencari ayahnya ke Palestina
3. LIHAT PEMASARAN
Sumber gambar: www.kompasiana.com
Langkah selanjutnya adalah lihat pemasaran. Lihat dulu buku-buku dengan tema sama seperti buku yang akan kamu buat. Apakah buku dengan tema yang sama itu, jumlahnya banyak atau sedikit. Kalau memang jumlahnya sedikit, berarti saingan kamu sedikit dan itu membuat peluang besar buku kamu akan laku dipasaran. Namun, kalau tema sejenis memiliki banyak jenis buku yang sudah terbit, maka kamu harus memikirkan pembeda antara buku yang kamu buat, dengan buku-buku yang sudah ada di toko buku.
Kenapa hal ini dilakukan? Terkadang penulis terlalu fokus pada apa yang sedang ditulis, namun lupa dengan bagaimana nasib karyanya ketika sudah terbit. Jangan sampai sepi peminat dan buku tersebut hanya bermanfaat untuk diri sendiri ketika terbit. Kamu harus punya pembeda! Pembeda itulah yang bisa menjadi minat orang-orang terhadap buku yang kamu buat. Itulah kenapa saya menekankan untuk memerhatikan yang namanya pemasaran.
Saya beri contoh! Buku saya yang berjudul Stop Talking and Start Hijrah memiliki pembeda dengan buku-buku hijrah lainnya. Buku saya yang berjudul Tak Kenal maka Tak Dakwah pun memiliki pembeda dengan buku-buku dakwah lainnya. Sehingga, hal inilah yang akan menarik pembaca untuk lebih memilih membeli buku kita dibanding buku-buku lainnya. "Memang, buku kakak bedanya apa dengan buku lainnya?" Coba saja beli ke toko buku gramedia, togamas, bisa juga ke aplikasi shop, atau ke saya langsung spesial tanda tangan. :)
4. BUAT OUTLINE MENTAH
Sumber gambar: www.mindmainster.com
Langkah selanjutnya adalah membuat outline. Kenapa banyak penulis yang suka buntu ide? Karena main langsung tulis tanpa membuat outline terlebih dahulu. Outline adalah yang akan menuntun penulis untuk memberikan urutan apa saja yang akan ia tulis nantinya dari awal hingga akhir. Karena output akhir dari outline adalah sebuah daftar isi. Salah satu contoh outline yang mudah dibuat adalah dengan menggunakan mind mapping seperti foto di atas.
Kamu bisa membuat lingkaran di tengah kertas HVS dengan tulisan di dalam lingkaran tersebut adalah tema buku kamu. Kemudian buatlah percabangan demi percabangan yang nantinya percabangan itu akan menjadi calon-calon daftar isi buku kamu.
Tuangkan segala yang ada di kepala dahulu. Buatlah percabangan yang tulisannya adalah isi kepalamu saat ini. Kamu tidak perlu searching lewat internet apalagi lihat buku orang lain. Tuangkan saja isi kepalamu dulu. Itulah kenapa saya menyebutnya dengan outline mentah. Karena isi outline-nya adalah apa yang ada di kepalamu dulu. Hal ini bisa melatihmu untuk mencari-cari ide liar dan luar biasa ke depannya karena otakmu terbiasa digunakan untuk berpikir, bukannya menyalin dengan apa yang sudah ada.
5. CARI BAHAN
Sumber gambar: www.puskim.pu.go.id
Ketika kamu sudah buntu membuat percabangan dalam outline, barulah kamu menggunakan tahap ini. Carilah bahan-bahan yang bisa mendukung dan membuat outline kamu terlihat kuat dan lebih sempurna lagi. Kamu bisa studi lapangan langsung, membaca buku-buku terkait, atau mencarinya di situs-situs web terpercaya.
Kalau saya pribadi selalu membaca buku terkait sebelum menulis buku. Misalkan, buku saya yang berjudul Tak Kenal maka Tak Dakwah. Saya membaca buku-buku tentang dakwah terlebih dahulu. Ketika ada kelemahan dalam buku tersebut, maka hal itu harus menjadi kelebihan dalam buku saya. Ketika ada informasi yang menurut saya cocok untuk dimasukkan ke dalam buku saya, maka akan saya masukkan dengan catatan menggunakan bahasa sendiri dan sertakan sumber buku tersebut di dalam daftar pustaka. INGAT! Selain sumber wawasan, buku adalah sumber ide yang luar biasa.
6. RAPIHKAN OUTLINE
Sumber gambar: www.theoutline.com
Jika kamu merasa outline yang dibuat sudah selesai dan sempurna, maka hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah merapihkan outline tersebut. Susunlah menjadi daftar isi. Bagian mana yang cocok untuk di awal buku, di pertengahan buku, dan menjadi penutup buku.
7. KEMBANGKAN OUTLINE MENJADI TULISAN
Sumber gambar: www.tirto.id
Inilah saatnya kamu menulis. Waktunya kamu latih kemampuan menulis di karyamu sendiri. Waktunya kamu tuangkan segala ide dan kualitasmu saat ini sebagai seorang penulis dalam bentuk karya. Tulis saja dulu tanpa memikirkan jelek tidaknya tulisanmu. Ketika ada kesulitan di jalan, segera cari referensi dan ide agar bisa melanjutkan tulisan yang tertunda. Ketika ada rasa malas dan jenuh dalam perjalanan, ingat-ingat kembali tujuanmu menulis untuk apa.
Selesaikan tulisan itu sampai bukumu jadi. Kalau ada ide-ide baru yang tidak ada hubungannya dengan apa yang kamu tulis, catatlah dulu dalam sebuah buku khusus. Jangan membuat kamu mem-pending tulisan yang sedang kamu tulis saat ini dan lebih tergiur dengan ide baru yang tadi muncul. Itu akan membuat tulisan kamu tidak akan selesai-selesai karena tidak fokus ketika mengerjakan.
Lebih baik dicatat dulu, dibuku khusus. Kalau di sekolahmenulis.id, kami menjual buku perencanaan writer planner, disana sudah tersistem untuk memfasilitasi penulis dalam membuat buku. Bahkan ada bagian untuk mencatat ide-ide liar yang suka muncul secara mendadak dan hilang tiba-tiba.
8. SELF EDITING
Sumber gambar: www.premiumbeat.com
Ketika tulisan selesai, jangan langsung dikirim ke penerbit. Kamu harus mengedit dahulu agar lebih rapih. Ini penting dan sangat wajib dilakukan oleh seorang penulis. Walaupun tulisan kita akan diedit oleh editor, tapi penulis terbaik adalah ia yang tulisannya hanya sedikit diedit bahkan tidak perlu diedit lagi oleh editor. Kenapa harus dilakukan? INGAT! Ketika perjalanan menulis, tidak menutup kemungkinan ada typo dan tulisan yang kurang efektif bahkan tidak enak untuk dibaca. Sehingga, kamu harus mengeditnya agar editor enak membacanya dan ada motivasi untuk meneruskan membaca.
9. MINTA PENDAPAT ORANG LAIN
Sumber gambar: www.ainyleadershipcenter.com
Kalau sudah melakukan self editing, jangan langsung kirim ke penerbit. Kamu harus memiliki sudut pandang yang berbeda terkait tulisan kamu. Caranya adalah dengan meminta pendapat orang lain terkait tulisan yang sudah kamu buat.
Kalau bisa mintalah pendapat ke orang yang tidak dikenal. Hal ini dimaksudkan agar ada keobjektifan dalam komentar mereka terkait tulisan kamu. Biasanya, kalau komentarnya disampaikan oleh teman terdekat, akan ada kesubjektifan di sana. Tulisan kamu akan dibilang bagus dan sebagainya. Karena mereka tidak ingin menyakiti hati teman dekatnya, tidak ingin kamu down, dan tidak menulis lagi gara-gara komentarnya.
Namun, ketika meminta orang yang tidak terlalu dikenal untuk meminta pendapatnya terkait karyamu, itu akan memberikan peluang keobjektifan dalam berkomentar. Mereka akan berkata jujur dan terbuka terkait tulisanmu. Itulah yang nantinya akan menjadi evaluasi bagi dirimu. Apa yang kurang, apa yang jelek, dan apa yang tidak sesuai. Kamu perbaiki, barulah nanti kirim ke penerbit.
10. CARI TESTIMONI
Sumber gambar: www.tirto.id
Ini hanya sunnahnya saja. Kalau memang kamu ingin ada sisi yang menjual, testimoni dari orang-orang berpengaruh, orang-orang terkenal, atau minimal orang yang kamu anggap cocok untuk memberikan testimoni tersebut, maka cobalah meminta mereka untuk memberikannya. Tidak menutup kemungkinan ada dari mereka yang tertarik membeli bukumu karena testimoni tersebut.
11. KEPOIN PENERBIT
Sumber gambar: www.blog.bukupedia.com
HATI-HATI! Jangan asal kirim naskah. Kamu harus cek terlebih dahulu, apakah penerbit yang kamu incar itu menerima naskah jenis yang kamu buat atau tidak. Kamu harus kepoin penerbit tersebut, lihat website-nya atau media sosialnya, kemudian lihat prosedur bagaimana cara mengirim naskah dan genre apa saja yang diterima oleh mereka. Kalau sudah sesuai, silahkan kirim dan tunggu sampai batas maksimum kapan naskah kamu dikabarkan untuk diterima atau ditolak terbit.
12. MULAI DARI AWAL
Sumber gambar: www.iwillteachyoutoberich.com
Kalau sudah mengirim naskah ke penerbit, jangan diam! jangan hanya menunggu! Lebih baik mulai lagi dari tahap awal artikel ini untuk membuat bukumu yang berikutnya. Bukankah kamu sudah punya ide-ide baru lain untuk dituliskan? Biarlah kamu menunggu tanpa terasa dengan cara menulis buku lagi dengan tema berikutnya.
Bagaimana? Apakah kamu sudah paham? Apakah prosedu menulis buku di atas sudah membuat pikiranmu terbuka bagaimana nantinya ketika menulis buku? Semoga dengan adanya artikel ini bisa menuntunmu membuat buku agar terasa lebih mudah dan indah
Semoga Bermanfaat
Penulis: Mahestha Rastha Andaara
Lihat artikel terbaik guru kami lainnya di >>> https://www.sekolahmenulis.id/2019/08/kenapa-harus-menunggu-besok.html
17 Komentar
Jazakallah khair kak atas ilmunya....
BalasHapusKak, tanya. Beberapa buku ada yang sdh terbit tapi masih juga edisi revisi (biasanya buku nonfiksi/pengetahuan) itu memang dari penerbit atau si penulis mengajukan ?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusdari penulis. biasanya revisi dilakukan ketika buku tersebut akan naik cetak yang kesekian kali. nanti, pasti diinfokan oleh penerbitnya bahwa bukunya akan naik cetak. Ketika itu, penerbit pasti akan komunikasi ke penulis, bukumu akan dicetak ulang mau ada yang direvisi atau tidak sebelum dicetak ulang. makanya suka ada buku yang covernya tulisannay edisi revisi
Hapuskeren
HapusTerimakasih atas ilmunya kak , bermanfaat sekali ☺
BalasHapussama-sama terima kasih kembali
HapusWow materi yang menarik
BalasHapusTpi bagaimana cara anda untuk membuat buku agar konsisten??
kamu harus punya waktu khusus untuk menulis. Kalau memberikan waktu sisa untuk menulis, wajar saja tidak konsisten. Karena menulis ketika ada waktu senggang saja. Tapi coba memberikan waktu khusus menulis, pasti ada rasa dorongan untuk menulis karena memang sudah jadwalnya untuk menulis
HapusMakasi kak sangat bermanfaat. Tapi sepertinya di atas tadi ada beberapa penggunaan kata'di'yang harusnya dipisah malah nyambung.
BalasHapusalhamdulillah terima kasih, kamu peka sekali :)
HapusLuar biasa
BalasHapusLuar biasa, keren
BalasHapusLuar biasa, keren
BalasHapusMakasih kak, kak mau nanya dong, adakah buku model kumpulan cerita(bukan cerita pendek) yang dibuat satu orang?
BalasHapusAda. Ada penulis yang membuat berbagai kisah dalam satu buku. Memangnya ada apa kamu bertanya seperti itu?? :D
BalasHapusMau, coba membuat buku semisal itu. Karena untuk membuat novel leboh sulit ketimbang buat cerita2 yang tidak sepanjang novel
HapusOk
BalasHapus