Ia beranjak ke salah satu lemari. Pandangannya tertuju pada salah satu buku ilmiah yang berada tepat di pojok ruangan tersebut. Setelah itu, ia duduk di kursi depan, namun paling jauh dari pintu.
Tepatnya di dekat jendela. Setelah beberapa halaman dibaca, matanya memandang ke putihnya awan di atas pegunungan. Awan putih yang bergerak-gerak membentuk kelinci. Ia kembali teringat dengan janjinya kala itu. "Suatu saat, aku pasti akan membuat perpustakaan yang diperuntukkan bagi perempuan siapa saja"
"Kenapa dikhususkan bagi perempuan saja?" tanya sahabatnya sembari melukis gunung Semeru yang bentar lagi selesai. Temannya memang mahir dalam melukis, bahkan ia pernah memenangkan kompetisi melukis bertemakan alam di ajang kompetisi nasional.
"Kamu tahu? Perempuan adalah sekolah terbaik bagi anak-anaknya. Aku yakin, anak yang dididik untuk rajin membaca akan membentuk generasi yang visioner dalam peradaban" ucapnya seraya tersenyum.
Ia meyakini, bahwa segala sesuatu harus dimulai dari keyakinan, niat, tindakan, doa, dan yang terakhir ialah rasa syukur. Ibarat sungai yang alirannya tidak pernah berhenti, ia akan mengalir ke satu tempat ke tempat lain sampai pada muaranya
Semoga Bermanfaat
Penulis: Resti Lestari
0 Komentar