Gadis remaja itu duduk menyendiri, dihadapannya ada sebuah buku
dan pena. Disaat semua orang sibuk ketawa-ketiwi. Gadis itu justru acuh dengan
sekitarnya. Mungkin baginya, buku adalah teman terbaik. Melalui buku dia bisa
bercerita apa saja sesuka hatinya.
Begitu menyakitkan ketika tak ada seorang pun mendukungnya. Ketika jatuh
tak ada seorang pun yang mengulurkan tangan. Ketika gugup tak ada seorang pun
yang menyemangati. Ketika sedih dan kecewa tak ada seorang pun yang bersedia
memberi pelukan atau hanya sekedar kekuatan untuk bersandar.
Bahkan saat di sekolah, prestasinya tampak bagus karena termasuk
juara umum, namun tak ada seorang pun yang mengucapkan selamat atau bahkan
hanya sebuah senyuman bangga. Malang, dia hanya bisa menyemangati diri sendiri.
Menjadi kuat dan tegar. Menjadi keluarga, teman, sahabat sekaligus musuh bagi
dirinya sendiri. Apapun itu, tetaplah yakin Allah selalu bersamamu dan kamu
akan dijaga sebaik-baiknya oleh Dia.
Biarpun masalahmu setinggi gunung di Pegunungan Himalaya, kamu
punya Allah yang kuasa-Nya seluas jagat raya. Apapun yang terjadi dihidupmu
adalah bukti Allah menguji dirimu seberapa kuat, ikhlas, dan sabar dirimu atas
apa yang menimpamu.
Kulihat 'gadis kelabu' itu menyendiri disudut perpustakaan. 'Gadis
Kelabu' begitulah orang-orang memberinya nama. Mungkin karena yang
dipikirkannya adalah buku, buku, buku. Kuperhatikan gerak-gerik gadis itu,
melihat buku-buku yang mungkin akan membantunya memecahkan soal-soal yang
terlihat rumit,barangkali. Aku pun tak tahu apa yang sedang dia cari di rak-rak
lemari buku namun kulihat ia amat serius mencari buku-buku itu.
Sejujurnya aku tertarik ingin berteman dengannya, karena kuingin menjadi
teman sejati yang setia untuknya, mendengar semua ceritanya setidaknya hanya
sekedar mengurangi sedihnya dan kesepian yang selama ini dia rasakan.
Ingin kukatakan, "Bertemanlah denganku, duduk bersama, ceritakan
apa yang membuatmu sedih, aku ingin menjadi satu-satunya sahabat yang akan kamu
kenang selama hidupmu. Biarkan cerita kita mengalir seperti sungai meskipun
nanti akan berakhir, tetaplah menjadi sahabatku dunia akhirat."
Bukittinggi, 22 Juli 2019
Semoga Bermanfaat
Penulis: Aulia Utami
0 Komentar