Rona Elegi



Ah, semesta redup sedangkan hati jatuh tersungkur, malu-malu, rasa pun ikut gugur. 

Dasar aku! 

Alih-alih lupa, luka menganga yang menggilas dada tak lelahnya berumpama. 

Marah dan kecewa. 

Hati terus menyanggah di bawah label 'tak mau menyerah' walau telah menggeledah berjubel resah. 

Miris bukan? 

Sekriminal itu 'kah mengais harapan? 

Menenun kembali hati yang patah lantas menyuakan kata-kata dengan gagah; bahwa aku tidak apa-apa, pun bukan perkara mudah. 

Sekadar pengakuan bukan tuntutan, sebatas aksara terus mengambang menjadi balon-balon cerita di ruang percakapan.

Kita adalah risiko dua pemikiran saling berkomando. 

Katanya kembali ukir kisah, nyatanya tak kunjung bangkit. 

Masih sakit, semakin menggigit. 

Batin berjungkat-jungkit menelusuk pertempuran sengit di taman diksi. 

Perjalanan getir menggeluti hari-hari, tiada bahagia menyisakan porsi menjadi tak ambil peduli. 

Fakta sedihnya aku bukan siapa-siapa.Tiada abadi bukan? 

Mari memulangkan mimpi bukan berarti tidak tahu diri, sebab rasa tengah beraliansi oleh pasokan nyali yang menampik betah gelak ambisi melawan kepayahan diri. 

Barangkali; semesta mempersilakan kita menang meski berujar, lelah bertahan sebentar saja yang terombang-ambing pada sangkar nostalgia.


Jogja, Juli 2019


Semoga bermanfaat
Penulis: Cesila Anggita

Posting Komentar

0 Komentar