Cuanki


Apa yang aku rindukan dari Kota Bandung?

Jawabannya adalah cuanki. Mungkin karena di Palembang belum ada yang menjual makanan ini, atau jangan-jangan ada tapi aku belum menemukannya. Entahlah.


Cuanki ini salah satu makanan khas kota Bandung yang terdiri dari bakso, tahu, siomay, dan mi instan. Harganya bervariasi tergantung apa saja yang kita masukkan ke dalam mangkuk. Nama cuanki ini merupakan singkatan dari "Cari Uang Jalan Kaki", lucu ya? Tapi sesuai namanya, pedagang cuanki ini biasanya berjalan kaki untuk menjajakan jualannya lengkap dengan tanggungannya yang berupa dua kotak berwarna putih atau perak. 


Tak lupa suara ketukan khas dari sebuah kayu yang menyerupai harmonika (di tengahnya terdapat lubang) dan sebuah pemukul seperti sumpit. Selain bentuk alat pemukulnya, yang membedakan dari penjual bakso tahu adalah ritme dari ketukannya. Biasanya penjual cuanki memukul dengan tiga atau empat ketukan dan diakhiri dengan ketukan yang panjang. 


Penyajian cuanki ini cukup cepat, oleh karena itu sejak jaman sekolah dulu suka sekali memesan cuanki di sela-sela padatnya jam pelajaran. Jadi teringat saat menjadi mahasiswa. Ada satu penjual cuanki yang selalu nongkrong di depan gedung perkuliahan. Katanya sih namanya "Mang Aril". Fans berat Ariel NOAH katanya. Cuanki Mang Aril ini jadi favorit para mahasiswa. Buktinya sebagian besar mahasiswa punya nomor telepon mang Aril, agar bisa dipanggil ke deoan gedung perkuliahan saat perut berisik minta diisi. 


Selain enak dan cepat, harganya murah porsinya juga banyak. Mahasiswa banget kan tuh? 


Makanya kalian harus coba cuanki ini kalau kalian mampir ke kota Bandung. Tidak sulit menemukannya. Biasanya mereka banyak ditemukan di sekitaran alun-alun Bandung atau di pelataran masjid Agung Bandung.


Semoga bermanfaat
Penulis: Dewi Siti Nurfazriah

Posting Komentar

0 Komentar